DEFINISI RAID MULAI DARI LEVEL 0 SAMPAI
6
DEFINISI DASAR RAID
RAID
merupakan singkatan dari Redundant Array of Independent Disks, sebuah
organisasi disk memori yang mampu menangani beberapa disk dengan sistem akses
paralel dan redudansi ditambahkan untuk meningkatkan reliabilitas / kehandalan.
Sejak
pertama kali diperkenalkan, RAID dibagi ke dalam beberapa skema, yang disebut
dengan "RAID Level". Pada awalnya, ada lima buah RAID level yang
pertama kali dikonsepkan, tetapi seiring dengan waktu, level-level tersebut
berevolusi, yakni dengan menggabungkan beberapa level yang berbeda dan juga
mengimplementasikan beberapa level proprietary yang tidak menjadi standar RAID.
RAID
menggabungkan beberapa hard disk fisik ke dalam sebuah unit logis penyimpanan,
dengan menggunakan perangkat lunak atau perangkat keras khusus. Solusi
perangkat keras umumnya didesain untuk mendukung penggunaan beberapa hard disk
secara sekaligus, dan sistem operasi tidak perlu mengetahui bagaimana cara
kerja skema RAID tersebut. Sementara itu, solusi perangkat lunak umumnya diimplementasikan
di dalam level sistem operasi, dan tentu saja menjadikan beberapa hard disk
menjadi sebuah kesatuan logis yang digunakan untuk melakukan penyimpanan.
Ada
beberapa konsep kunci di dalam RAID: mirroring (penyalinan data ke lebih dari
satu buah hard disk), striping (pemecahan data ke beberapa hard disk) dan juga
koreksi kesalahan, di mana redundansi data disimpan untuk mengizinkan kesalahan
dan masalah untuk dapat dideteksi dan mungkin dikoreksi (lebih umum disebut
sebagai teknik fault tolerance/toleransi kesalahan).
Level-level
RAID yang berbeda tersebut menggunakan salah satu atau beberapa teknik yang
disebutkan di atas, tergantung dari kebutuhan sistem. Tujuan utama penggunaan
RAID adalah untuk meningkatkan keandalan/reliabilitas yang sangat penting untuk
melindungi informasi yang sangat kritis untuk beberapa lahan bisnis, seperti
halnya basis data, atau bahkan meningkatkan kinerja, yang sangat penting untuk
beberapa pekerjaan, seperti halnya untuk menyajikan video on demand ke banyak
penonton secara sekaligus.
Konfigurasi
RAID yang berbeda-beda akan memiliki pengaruh yang berbeda pula pada keandalan
dan juga kinerja. Masalah yang mungkin terjadi saat menggunakan banyak disk
adalah salah satunya akan mengalami kesalahan, tapi dengan menggunakan teknik
pengecekan kesalahan, sistem komputer secara keseluruhan dibuat lebih andal
dengan melakukan reparasi terhadap kesalahan tersebut dan akhirnya
"selamat" dari kerusakan yang fatal.
Teknik
mirroring dapat meningkatkan proses pembacaan data mengingat sebuah sistem yang
menggunakannya mampu membaca data dari dua disk atau lebih, tapi saat untuk
menulis kinerjanya akan lebih buruk, karena memang data yang sama akan
dituliskan pada beberapa hard disk yang tergabung ke dalam larik tersebut.
Teknik
striping, bisa meningkatkan performa, yang mengizinkan sekumpulan data dibaca
dari beberapa hard disk secara sekaligus pada satu waktu, akan tetapi bila satu
hard disk mengalami kegagalan, maka keseluruhan hard disk akan mengalami
inkonsistensi. Teknik pengecekan kesalahan / koreksi kesalahan juga pada
umumnya akan menurunkan kinerja sistem, karena data harus dibaca dari beberapa
tempat dan juga harus dibandingkan dengan checksum yang ada. Maka, desain
sistem RAID harus mempertimbangkan kebutuhan sistem secara keseluruhan,
sehingga perencanaan dan pengetahuan yang baik dari seorang administrator
jaringan sangatlah dibutuhkan. Larik-larik RAID modern umumnya menyediakan
fasilitas bagi para penggunanya untuk memilih konfigurasi yang diinginkan dan
tentunya sesuai dengan kebutuhan.
Beberapa
sistem RAID dapat didesain untuk terus berjalan, meskipun terjadi kegagalan.
Beberapa hard disk yang mengalami kegagalan tersebut dapat diganti saat sistem
menyala (hot-swap) dan data dapat diperbaiki secara otomatis. Sistem lainnya
mungkin mengharuskan shutdown ketika data sedang diperbaiki. Karenanya, RAID
sering digunakan dalam sistem-sistem yang harus selalu on-line, yang selalu
tersedia (highly available), dengan waktu down-time yang, sebisa mungkin, hanya
beberapa saat saja.
STRUKTUR RAID
Disk
memiliki resiko untuk mengalami kerusakan. Kerusakan ini dapat berakibat
turunnya kinerja atau pun hilangnya data. Meski pun terdapat backup data, tetap
saja ada kemungkinan data yang hilang karena adanya perubahan setelah terakhir
kali data di-backup. Karenanya reliabilitas dari suatu disk harus dapat terus
ditingkatkan.
Berbagai
macam cara dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan juga reliabilitas dari
disk. Biasanya untuk meningkatkan kinerja, dilibatkan banyak disk sebagai satu
unit penyimpanan. Tiap-tiap blok data dipecah ke dalam beberapa subblok, dan
dibagi-bagi ke dalam disk-disk tersebut. Ketika mengirim data disk-disk
tersebut bekerja secara paralel, sehingga dapat meningkatkan kecepatan transfer
dalam membaca atau menulis data. Ditambah dengan sinkronisasi pada rotasi
masing-masing disk, maka kinerja dari disk dapat ditingkatkan. Cara ini dikenal
sebagai RAID. Selain masalah kinerja RAID juga dapat meningkatkan realibilitas
dari disk dengan jalan melakukan redundansi data.
Tiga
karakteristik umum dari RAID ini, yaitu :
1. RAID
adalah sekumpulan disk drive yang dianggap sebagai sistem tunggal disk.
2. Data
didistribusikan ke drive fisik array.
3. Kapasitas
redunant disk digunakan untuk menyimpan informasi paritas, yang menjamin
recoveribility data ketika terjadi masalah atau kegagalan disk.
Jadi, RAID merupakan
salah satu jawaban masalah kesenjangan kecepatan disk memori dengan CPU dengan
cara menggantikan disk berkapasitas besar dengan sejumlah disk-disk
berkapasitas kecil dan mendistribusikan data pada disk-disk tersebut sedemikian
rupa sehingga nantinya dapat dibaca kembali.
C. LEVEL
RAID
Memang,
perjalanan dari seorang newbie di dunia IT menuntut keseriusan dalam belajar,
bahkan seringkali kita menemukan hambatan dan rintangan ditengah jalan. Tapi
yakinilah, hambatan terbesar ada pada diri kita, yaitu kemalasan untuk mencari
tahu dan menggali apa makna yang terkandung dalam ilmu tersebut. Maka dari itu,
dengan Semangat Baru, Kita Mau, Kita Mampu, Kita Maju. Bahasan kita kali ini
adalah Sistem Redundansi Penyimpanan Data (Redundant Data Storage System).
Dalam
istilah penyimpanan data, dikenal sistem teknologi RAID, yaitu singkatan dari
Redundant Array of Independent Disks. RAID merujuk kepada sebuah teknologi di
dalam penyimpanan data komputer yang digunakan untuk mengimplementasikan fitur
toleransi kesalahan pada media penyimpanan komputer (utamanya adalah hard disk)
dengan menggunakan cara redundansi (penumpukan) data, baik itu dengan
menggunakan perangkat lunak, maupun unit perangkat keras RAID terpisah. Kata
“RAID” juga memiliki beberapa singkatan Redundant Array of Inexpensive Disks,
Redundant Array of Independent Drives, dan juga Redundant Array of Inexpensive
Drives. Apapun singkatannya, teknologi ini intinya adalah membagi atau
mereplikasi data ke dalam beberapa hard disk terpisah, sehingga didesain untuk
meningkatkan keandalan data atau meningkatkan kinerja I/O dari hard disk.
SEJARAH
Pada
tahun 1978, Norman Ken Ouchi dari International Business Machines (IBM)
dianugerahi paten Amerika Serikat, dengan nomor 4092732 dengan judul
"System for recovering data stored in failed memory unit." Klaim
untuk paten ini menjelaskan mengenai apa yang kemudian dikenal sebagai RAID 5 dengan
penulisan stripe secara penuh. Patennya pada tahun 1978 tersebut juga
menyebutkan bahwa disk mirroring atau duplexing (yang kini
dikenal sebagai RAID 1) dan juga perlindungan dengan paritas khusus yang
didedikasikan (yang kini dikenal dengan RAID 4) bisa
digunakan, meskipun saat itu belum ada implementasinya.
Istilah "RAID" pertama kali didefinisikan oleh David A. Patterson, Garth A. Gibson dan Randy Katz dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat pada tahun 1987, 9 tahun berselang setelah paten yang dimiliki oleh Norman Ken Ouchi. Mereka bertiga mempelajari tentang kemungkinan penggunaan dua hard disk atau lebih agar terlihat sebagai sebuah perangat tunggal oleh sistem yang menggunakannya, dan kemudian mereka mempublikasikannya ke dalam bentuk sebuah paper berjudul "A Case for Redundant Arrays of Inexpensive Disks (RAID)" pada bulan Juni 1988 pada saat konferensi SIGMOD. Spesifikasi tersebut menyodorkan beberapa purwarupa RAID level, atau kombinasi dari drive-drive tersebut. Setiap RAID level tersebut secara teoritis memiliki kelebihan dan juga kekurangannya masing-masing. Satu tahun berselang, implementasi RAID pun mulai banyak muncul ke permukaan. Sebagian besar implementasi tersebut memang secara substansial berbeda dengan RAID level yang asli yang dibuat oleh Patterson dan kawan-kawan, tapi implementasi tersebut menggunakan nomor yang sama dengan apa yang ditulis oleh Patterson. Hal ini bisa jadi membingungkan, sebagai contoh salah satu implementasi RAID 5 dapat berbeda dari implementasi RAID 5 yang lainnya.RAID 3 dan RAID 4 juga bisa membingungkan dan sering dipertukarkan, meski pada dasarnya kedua jenis RAID tersebut berbeda
RAID dibagi ke dalam beberapa skema, yang disebut dengan “RAID Level“. Pada awalnya, ada lima buah RAID level yang pertama kali dikonsepkan, tetapi seiring dengan waktu, level-level tersebut berevolusi, yakni dengan menggabungkan beberapa level yang berbeda dan juga mengimplementasikan beberapa level proprietary yang tidak menjadi standar RAID. Kelima level tersebut adalah:
RAID dapat dibagi
menjadi 8 level yang berbeda :
Gambar: RAID 0 +
1 dan 1 + 0
RAID level pertama:
mirroring
RAID level kedua :
Koreksi kesalahan dengan menggunakan kode Humming.
RAID level ketiga :
Pengecekan terhadap disk tunggal di dalam sebuah kelompok disk.
RAID level keempat:
Pembacaan dan penulisan secara independen
RAID level kelima :
Menyebarkan data dan paritas ke semua drive (tidak ada pengecekan terhadap disk
tunggal)
Berdasarkan refensi
yang kami dapat, ada 3 macam metode RAID berdasarkan kegunaannya yang dapat
digunakan, yaitu:
RAID 0 (metode
Striping)
RAID 1 (metode Mirroring)
RAID 0+1 (metode
Striping + Mirroring)
RAID 0 (untuk
kecepatan)
1. RAID
level 0
RAID
level 0 menggunakan kumpulan disk dengan striping pada level blok, tanpa
redundansi. Jadi hanya menyimpan melakukan striping blok data ke dalam beberapa
disk. Level ini sebenarnya tidak termasuk ke dalam kelompok RAID karena tidak
menggunakan redundansi untuk peningkatan kinerjanya.
RAID 0 yg dikenal juga
dgn metode Striping digunakan utk mempercepat kinerja hardisk. Kapasitas total
hardisk pada metode ini adalah jumlah kapasitas hardisk pertama ditambah
hardisk kedua. Metodenya dilakukan dengan cara membagi data secara terpisah ke
dua buah hardisk. Jadi separuh data ditulis ke hardisk pertama dan separuhnya
lagi ditulis ke hardisk kedua. Secara teoritis cara ini akan mempercepat
penulisan/pembacaan harddisk. Keburukan dari cara ini adalah apabila salah satu
hardisk rusak maka seluruh data akan hilang.
Contoh:
Kita membutuhkan suatu partisi dengan ukuran 500GB. Harga sebuah harddisk berukuran 100GB adalah Rp.500.000,- sedangkan harga harddisk berukuran 500GB adalah Rp.5.000.000,-. Nah, kita dapat membetuk suatu partisi berukuran 500GB dari 5 unit harddisk berukuran 100GB dengan menggunakan RAID 0. Tentunya skenario ini lebih murah karena memakan biaya lebih murah: 5 x Rp.500.000,- = Rp.2.500.000,-. Lebih murah daripada harus membeli harddisk yang berukuran 500GB. Itulah kenapa pada awalnya disebut redundant array of inexpensive disk.
Kita membutuhkan suatu partisi dengan ukuran 500GB. Harga sebuah harddisk berukuran 100GB adalah Rp.500.000,- sedangkan harga harddisk berukuran 500GB adalah Rp.5.000.000,-. Nah, kita dapat membetuk suatu partisi berukuran 500GB dari 5 unit harddisk berukuran 100GB dengan menggunakan RAID 0. Tentunya skenario ini lebih murah karena memakan biaya lebih murah: 5 x Rp.500.000,- = Rp.2.500.000,-. Lebih murah daripada harus membeli harddisk yang berukuran 500GB. Itulah kenapa pada awalnya disebut redundant array of inexpensive disk.
Contoh lain:
Pada saat ini ukuran
harddisk terbesar yang tersedia di pasaran adalah 500GB, sedangkan kita
membutuhkan suatu partisi dengan ukuran 2TB. Nah, kita dapat membeli 4 unit
harddisk berkapasitas 500GB dan mengkonfigurasinya dengan RAID 0, sehingga kita
dapat memiliki suatu partisi berkururan 2TB tanpa harus menunggu harddisk
dengan kapasitas sebesar itu tersedia di pasar.
2. RAID
level 1
RAID level 1 ini
merupakan disk mirroring, menduplikat setiap disk. Cara ini dapat meningkatkan
kinerja disk, tetapi jumlah disk yang dibutuhkan menjadi dua kali lipat,
sehingga biayanya menjadi sangat mahal. Pada level 1 (disk duplexing dan disk
mirroring) data pada suatu partisi hard disk disalin ke sebuah partisi di hard
disk yang lain sehingga bila salah satu rusak , masih tersedia salinannya di
partisi mirror.
RAID 1 yang dikenal
juga dengan metode Mirroring digunakan untuk mendapatkan keamanan data (backup).
Metodenya dilakukan dengan cara menyalin isi harddisk pertama ke harddisk
kedua. Jadi apa yang ditulis pada hardisk pertama akan juga ditulis di hardisk
kedua. Apabila salah satu hardisk rusak, maka data pada hardisk yang satunya
masih ada. Keburukan dari cara ini adalah tidak adanya peningkatan kinerja sama
sekali, performannya malah akan sedikit lebih pelan dibanding performan hardisk
single (non-RAID). Selain itu kapasitas total yang anda dapat dengan metode ini
hanyalah sebesar kapasatitas satu hardisk saja.
Contoh:
Sebuah server memiliki 2 unit harddisk yang berkapasitas masing-masing 80GB dan dikonfigurasi RAID 1. Setelah beberapa tahun, salah satu harddisknya mengalami kerusakan fisik. Namun data pada harddisk lainnya masih dapat dibaca, sehingga data masih dapat diselamatkan selama bukan semua harddisk yang mengalami kerusakan fisik secara bersamaan.
Sebuah server memiliki 2 unit harddisk yang berkapasitas masing-masing 80GB dan dikonfigurasi RAID 1. Setelah beberapa tahun, salah satu harddisknya mengalami kerusakan fisik. Namun data pada harddisk lainnya masih dapat dibaca, sehingga data masih dapat diselamatkan selama bukan semua harddisk yang mengalami kerusakan fisik secara bersamaan.
3. RAID
level 2
RAID level 2 ini
merupakan pengorganisasian dengan error-correcting-code (ECC). Seperti pada
memori di mana pendeteksian terjadinya error menggunakan paritas bit. Setiap
byte data mempunyai sebuah paritas bit yang bersesuaian yang merepresentasikan
jumlah bit di dalam byte data tersebut di mana paritas bit=0 jika jumlah bit
genap atau paritas=1 jika ganjil. Jadi, jika salah satu bit pada data berubah,
paritas berubah dan tidak sesuai dengan paritas bit yang tersimpan. Dengan
demikian, apabila terjadi kegagalan pada salah satu disk, data dapat dibentuk
kembali dengan membaca error-correction bit pada disk lain.
Contoh:
Kita memiliki 5 harddisk (sebut saja harddisk A,B,C, D, dan E) dengan ukuran yang sama, masing-masing 40GB. Jika kita mengkonfigurasi keempat harddisk tersebut dengan RAID 2, maka kapasitas yang didapat adalah: 2 x 40GB = 80GB (dari harddisk A dan B). Sedangkan harddisk C, D, dan E tidak digunakan untuk penyimpanan data, melainkan hanya untuk menyimpan informasi pariti hamming dari dua harddisk lainnya: A, dan B. Ketika terjadi kerusakan fisik pada salah satu harddisk utama (A atau B), maka data tetap dapat dibaca dengan memperhitungkan pariti kode hamming yang ada di harddisk C, D, dan E.
Kita memiliki 5 harddisk (sebut saja harddisk A,B,C, D, dan E) dengan ukuran yang sama, masing-masing 40GB. Jika kita mengkonfigurasi keempat harddisk tersebut dengan RAID 2, maka kapasitas yang didapat adalah: 2 x 40GB = 80GB (dari harddisk A dan B). Sedangkan harddisk C, D, dan E tidak digunakan untuk penyimpanan data, melainkan hanya untuk menyimpan informasi pariti hamming dari dua harddisk lainnya: A, dan B. Ketika terjadi kerusakan fisik pada salah satu harddisk utama (A atau B), maka data tetap dapat dibaca dengan memperhitungkan pariti kode hamming yang ada di harddisk C, D, dan E.
4. RAID
level 3
RAID level 3 merupakan
pengorganisasian dengan paritas bit interleaved. Pengorganisasian ini hampir
sama dengan RAID level 2, perbedaannya adalah RAID level 3 ini hanya memerlukan
sebuah disk redundan, berapapun jumlah kumpulan disk-nya. Jadi tidak
menggunakan ECC, melainkan hanya menggunakan sebuah bit paritas untuk
sekumpulan bit yang mempunyai posisi yang sama pada setiap disk yang berisi
data. Selain itu juga menggunakan data striping dan mengakses disk-disk secara
paralel.
Contoh :
Kita memiliki 4
harddisk (sebut saja harddisk A,B,C, dan D) dengan ukuran yang sama,
masing-masing 40GB. Jika kita mengkonfigurasi keempat harddisk tersebut dengan RAID
3, maka kapasitas yang didapat adalah: 3 x 40GB = 120GB. Sedangkan harddisk D
tidak digunakan untuk penyimpanan data, melainkan hanya untuk menyimpan
informasi parity dari ketiga harddisk lainnya: A, B, dan C. Ketika terjadi
kerusakan fisik pada salah satu harddisk utama (A, B, atau C), maka data tetap
dapat dibaca dengan memperhitungkan parity yang ada di harddisk D. Namun, jika
harddisk D yang mengalami kerusakan, maka data tetap dapat dibaca dari ketiga
harddisk lainnya.
5. RAID
level 4
RAID level 4 merupakan
pengorganisasian dengan paritas blok interleaved, yaitu menggunakan striping
data pada level blok, menyimpan sebuah paritas blok pada sebuah disk yang
terpisah untuk setiap blok data pada disk-disk lain yang bersesuaian. Jika
sebuah disk gagal, blok paritas tersebut dapat digunakan untuk membentuk
kembali blok-blok data pada disk yang gagal tadi. Kecepatan transfer untuk
membaca data tinggi, karena setiap disk-disk data dapat diakses secara paralel.
Demikian juga dengan penulisan, karena disk data dan paritas dapat ditulis
secara paralel.
6. RAID
level 5
RAID level 5 merupakan
pengorganisasian dengan paritas blok interleaved tersebar. Data dan paritas
disebar pada semua disk termasuk sebuah disk tambahan. Pada setiap blok, salah
satu dari disk menyimpan paritas dan disk yang lainnya menyimpan data. Sebagai
contoh, jika terdapat kumpulan dari 5 disk, paritas blok ke n akan disimpan
pada disk (n mod 5) + 1; blok ke n dari empat disk yang lain menyimpan data
yang sebenarnya dari blok tersebut. Sebuah paritas blok tidak menyimpan paritas
untuk blok data pada disk yang sama, karena kegagalan sebuah disk akan
menyebabkan data hilang bersama dengan paritasnya dan data tersebut tidak dapat
diperbaiki. Penyebaran paritas pada setiap disk ini menghindari penggunaan
berlebihan dari sebuah paritas disk seperti pada RAID level 4.
7. RAID
level 6
RAID level 6 disebut
juga redundansi P+Q, seperti RAID level 5, tetapi menyimpan informasi redundan
tambahan untuk mengantisipasi kegagalan dari beberapa disk sekaligus. RAID
level 6 melakukan dua perhitungan paritas yang berbeda, kemudian disimpan di
dalam blok-blok yang terpisah pada disk-disk yang berbeda. Jadi, jika disk data
yang digunakan sebanyak n buah disk, maka jumlah disk yang dibutuhkan untuk
RAID level 6 ini adalah n+2 disk. Keuntungan dari RAID level 6 ini adalah
kehandalan data yang sangat tinggi, karena untuk menyebabkan data hilang,
kegagalan harus terjadi pada tiga buah disk dalam interval rata-rata untuk
perbaikan data (Mean Time To Repair atau MTTR). Kerugiannya yaitu penalti waktu
pada saat penulisan data, karena setiap penulisan yang dilakukan akan
mempengaruhi dua buah paritas blok.
8. RAID
level 0+1 dan 1+0
Setelah RAID level 0-6,
selenjutnya ada RAID level 0+1 dan 1+0. RAID level 0+1 dan 1+0 ini
merupakan kombinasi dari RAID level 0 dan 1. RAID level 0 memiliki kinerja yang
baik, sedangkan RAID level 1 memiliki kehandalan. Namun, dalam kenyataannya
kedua hal ini sama pentingnya. Dalam RAID 0+1, sekumpulan disk di-strip,
kemudian strip tersebut di-mirror ke disk-disk yang lain, menghasilkan strip-strip
data yang sama. Kombinasi lainnya yaitu RAID 1+0, di mana disk-disk di-mirror
secara berpasangan, dan kemudian hasil pasangan mirrornya di-strip. RAID 1+0
ini mempunyai keuntungan lebih dibandingkan dengan RAID 0+1. Sebagai contoh,
jika sebuah disk gagal pada RAID 0+1, seluruh strip-nya tidak dapat diakses,
hanya sebagian strip saja yang dapat diakses, sedangkan pada RAID 1+0, disk
yang gagal tersebut tidak dapat diakses, tetapi pasangan mirror-nya masih dapat
diakses, yaitu disk-disk selain dari disk yang gagal.
Metode ini merupakan
kombinasi RAID 0 dan RAID 1. Dimana selain memperoleh kecepatan anda juga
memperoleh keamanan data. Untuk metode ini diperlukan minimal 4 harddisk.
Kapastitas total yang anda dapat adalah sejumlah kapasitas 2 hardisk.
Biasanya
metode RAID 1 digunakan untuk server, sebab server mengutamakan keamanan data.
Sedangkan untuk pengguna PC rumahan RAID 0 lebih umum digunakan karena yang
diutamakan bagi mereka adalah peningkatan kinerja harddisk. Tapi apakah benar
RAID 0 dapat meningkatkan kinerja secara drastis? Mari kita pahami saja konsep
dibawah ini.
IMPLEMENTASI RAID
Pada
umumnya, RAID diimplementasikan di dalam komputer server, tapi bisa juga
digunakan di dalam workstation. Penggunaan di dalam workstation umumnya
digunakan dalam komputer yang digunakan untuk melakukan beberapa pekerjaan
seperti melakukan penyuntingan video/audio. Implementasi RAID, selain secara
hardware (dengan RAID controller) juga dapat dilakukan secara software,
misalnya pada Microsoft Windows NT 4.0.
Ada beberapa konsep
kunci di dalam RAID: mirroring (penyalinan data ke lebih dari satu buah hard
disk), striping (pemecahan data ke beberapa hard disk) dan juga koreksi
kesalahan, di mana redundansi data disimpan untuk mengizinkan kesalahan dan
masalah untuk dapat dideteksi dan mungkin dikoreksi (lebih umum disebut sebagai
teknik fault tolerance/toleransi kesalahan).
Level-level
RAID yang berbeda tersebut menggunakan salah satu atau beberapa teknik yang
disebutkan di atas, tergantung dari kebutuhan sistem. Tujuan utama penggunaan
RAID adalah untuk meningkatkan keandalan/reliabilitas yang sangat penting untuk
melindungi informasi yang sangat kritis untuk beberapa lahan bisnis, seperti
halnya basis data, atau bahkan meningkatkan kinerja, yang sangat penting untuk
beberapa pekerjaan, seperti halnya untuk menyajikan video on demand ke banyak
penonton secara sekaligus.
Konfigurasi
RAID yang berbeda-beda akan memiliki pengaruh yang berbeda pula pada keandalan
dan juga kinerja. Masalah yang mungkin terjadi saat menggunakan banyak disk
adalah salah satunya akan mengalami kesalahan, tapi dengan menggunakan teknik
pengecekan kesalahan, sistem komputer secara keseluruhan dibuat lebih andal
dengan melakukan reparasi terhadap kesalahan tersebut dan akhirnya “selamat”
dari kerusakan yang fatal.
a. RAID 0 (Teknik Disk Striping)
Raid
0 (teknik disk striping), bisa meningkatkan performa, yang mengizinkan
sekumpulan data dibaca dari beberapa hard disk secara sekaligus pada satu
waktu, akan tetapi bila satu hard disk mengalami kegagalan, maka keseluruhan
hard disk akan mengalami inkonsistensi performansi.
Disk Striping mengijinkan
kita untuk menulis data ke beberapa Harddisk daripada menulis data ke satu
Harddisk saja. Dengan Disk Striping, setiap Harddisk fisik akan dibagi menjadi
beberapa elemen stripe (berkisar antara 8 KB, 16 KB, 32 KB, 64 KB, 128 KB,
256KB, 512KB, to 1024KB). Setiap bagian stripe dalam setiap Harddisk disebut
strip.
Disk Striping dapat
meningkatkan kinerja karena pengaksesan data diakses dengan lebih dari satu
harddisk, sehingga lebih banyak spindle disk yang bekerja dalam melayani I/O
data. Namun Disk Striping (RAID 0) tidak memiliki data redundancy / proteksi
data terhadap kerusakan harddisk, karena semua data ditulis langsung apa adanya
ke semua Harddisk.
Dari sisi kapasitas,
maka RAID 0 kita dapat menggunakan 100% dari total jumlah kapasitas harddisk
yang terpasang. Contoh: 4 unit Harddisk 300GB RAID 0 akan menghasilkan total
kapasitas yang dapat digunakan sebesar 1.2TB
b. RAID 1 (Teknik Disk Mirroring)
Raid
1 (teknik disk mirroring) dapat meningkatkan proses pembacaan data mengingat
sebuah sistem yang menggunakannya mampu membaca data dari dua disk atau lebih,
tapi saat untuk menulis kinerjanya akan lebih buruk, karena memang data yang
sama akan dituliskan pada beberapa hard disk yang tergabung ke dalam hard disk
tersebut. Berikut penjelasan lebih detailnya dari salah satu sumber yang saya
dapatkan:
RAID 1 (Disk Mirroring)
bekerja dengan prinsip cermin, yaitu berpasang-pasangan dan identik antara satu
dengan yang lainnya. Jadi dengan RAID 1, data yang ditulis ke satu Harddisk
secara simultan ditulis juga ke Harddisk yang lainnya. Sehingga jika terjadi
kerusakan 1 Harddisk pada RAID 1, system server masih memiliki data cadangan di
harddisk yang lainnya. Dan pada saat Harddisk yang rusak diganti dengan yang
baru, maka secara otomatis, harddisk pengganti yang baru dipasang akan
melakukan sinkronisasi data dengan harddisk yang masih berfungsi (rebuilding)
Keuntungan dari RAID 1 adalah data memiliki cadangan antara yang ada di
harddisk yang satu dengan yang lainnya. Dan karena isi dari kedua Harddisk
tersebut adalah identik, tidak jadi masalah harddisk yang mana yang boleh rusak
selama pada suatu saat hanya satu Harddisk yang rusak, sampai proses
sinkronisasi berikutnya selesai.
Dari
sisi kapasitas, maka RAID 1 kita akan hanya memiliki kapasitas harddisk yang
dapat digunakan sebanyak 50% dari total kapasitas Harddisk yang terpasang.
Contoh: 4 unit Harddisk
300GB RAID 1 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat digunakan sebesar
600GB.
c. RAID 5 (Teknik Disk Striping with Distributed
Parity)
Sesuai
dengan namaya, cara kerja RAID 5 sama dengan cara kerja RAID 0, yaitu
menggunakan disk striping.Yang membedakan anatara keduanya adalah Parity.
Parity ini digunakan untuk pengecekan dan perbaikan kesalahan (error checking
and correcting). Parity ini disebar di beberapa disk untuk menghindari
pengurangan kinerja (Performance bottleneck) pada saat pembuatan parity. Jika
Parity disimpan di satu harddisk saja, maka disebut RAID 3 (Disk Striping with
Dedicated Parity). Dengan adanya parity ini, maka system RAID 5 tersebut akan
tetap berfungsi jika ada salah satu harddisk dalam RAID 5 tersebut itu rusak.
Dan harddisk yang rusak tersebut dapat harddisk yang mana saja selama berada
dalam satu system RAID 5 yang sama. Karena parity ini berasal dari perhitungan
matematik dari suatu beberapa pecahan data, maka, pada saat ada satu bagian
pecahan data yang hilang/rusak, system RAID 5 dapat “mengetahui” pecahan data
yang hilang tesebut dengan menghitung ulang parity dengan pecahan data yang
lainnya.
Secara sederhana,
parity bisa dianalogikan dengan perhitungan matematik sbb; 6 + 5 = 11. Dimana
angka 6 & 5 adalah data, dan angka 11 adalah parity. Jika suatu saat angka
(Harddisk) 5 mengalami kerusakan, maka system dapat menghitung ulang
berdasarkan parity (angka 11), angka(Harddisk) apa yang hilang tersebut. Jadi
data yang ada pada harddisk yang rusak, tetaplah rusak, hanya saja dengan
bantuan parity maka data pada harddisk yang hilang tersebut dapat dihitung
ulang kembali. Hal ini juga yang menyebabkan untuk RAID 5 mengalami kerusakan
harddisk adalah sebanyak 1 harddisk saja pada suatu saat.Kembali dengan analogi
matematik diatas, jika angka (Harddisk) 6 + 5 hilang, maka kemungkinan angka 11
didapat bisa memiliki banyak kemungkinan, seperti 2+9, 3 + 8, dst. komputer tidak
dapat membuat suatu perhitungan yang tepat jika data yang tersedia memiliki
banyak kemungkinan.
Dari sisi kapasitas,
maka RAID 5 kita akan memiliki kapasitas harddisk yang dapat digunakan sebanyak
(N-1) x Kapasitas HDD dari total kapasitas Harddisk yang terpasang, dimana N
adalah jumlah Harddisk.
Contoh:
• 3 unit Harddisk 300GB
RAID 5 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat digunakan sebesar 600GB.
• 4 unit Harddisk 300GB
RAID 5 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat digunakan sebesar 900GB.
• 5 unit Harddisk 300GB
RAID 5 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat digunakan sebesar 1.2TB,
dst.
d. RAID 6 (Disk Striping with Dual Parity)
Dapat
dilihat dari namanya, RAID 6 menggunakan cara kerja dan konsep yang sama dengan
RAID 5 dari sisi penulisan data yang tersebar di beberapa hard disk. Yang
membedakan antara RAID 6 dan RAID 5 adalah jumlah parity yang ditulis pada saat
penulisan data. Jika RAID 5 menggunakan satu parity, maka RAID 6 menggunakan
dua parity. Dengan menulis 2 parity, maka RAID 6 dapat mengakomodasikan
kerusakan harddisk maksimal 2 unit pada saat yang bersamaan.
Dari sisi kapasitas,
maka RAID 6 kita akan memiliki kapasitas harddisk yang dapat digunakan sebanyak
(N-2) x Kapasitas HDD dari total kapasitas Harddisk yang terpasang, dimana N
adalah jumlah Harddisk.
Contoh:
• 4 unit
Harddisk 300GB RAID 6 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat digunakan
sebesar 600GB.
• 5 unit Harddisk
300GB RAID 6 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat digunakan sebesar
900GB.
• 6 unit Harddisk
300GB RAID 6 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat digunakan
sebesar 1.2TB, dst.
TEKNIK PENGECEKAN
KESALAHAN
Teknik
pengecekan kesalahan juga pada umumnya akan menurunkan kinerja sistem, karena
data harus dibaca dari beberapa tempat dan juga harus dibandingkan dengan
checksum yang ada. Maka, desain sistem RAID harus mempertimbangkan kebutuhan
sistem secara keseluruhan, sehingga perencanaan dan pengetahuan yang baik dari
seorang administrator jaringan sangatlah dibutuhkan.
Beberapa sistem RAID
dapat didesain untuk terus berjalan, meskipun terjadi kegagalan. Beberapa hard
disk yang mengalami kegagalan tersebut dapat diganti saat sistem menyala
(hot-swap) dan data dapat diperbaiki secara otomatis. Sistem lainnya mungkin
mengharuskan shutdown ketika data sedang diperbaiki. Karenanya, RAID sering
digunakan dalam sistem-sistem yang harus selalu on-line, yang selalu tersedia
(highly available), dengan waktu down-time yang, sebisa mungkin, hanya beberapa
saat saja.
Pada umumnya, RAID
diimplementasikan di dalam komputer server, tapi bisa juga digunakan di dalam
workstation. Penggunaan di dalam workstation umumnya digunakan dalam komputer
yang digunakan untuk melakukan beberapa pekerjaan seperti melakukan
penyuntingan video/audio.
Hard
disk raid 5 crash
RAID,
yang merupakan singkatan dari Redundant Array Independent Disk, juga disebut
sebagai Redundant Array of Inexpensive Disk – adalah sebuah teknologi yang
mempekerjakan penggunaan simultan dari dua atau lebih hard disk drive yang
lebih besar untuk mencapai tingkat kinerja dan kehandalan sementara katering
untuk ukuran besar volume data.
RAID 5 array digunakan
oleh banyak perusahaan karena biaya efektif dan menyediakan tingkat tinggi
toleransi kesalahan dan perlindungan terhadap kegagalan drive. Namun,
perusahaan harus menyadari bahwa RAID 5 server bisa melakukan kegagalan.
RAID 5 server sangat mungkin untuk gagal ketika pengalaman dua atau lebih
kegagalan disk.
Ketika sebuah RAID 5
server gagal, semua data akan hilang. Hal ini bukan merupakan alternatif yang
baik untuk data cadangan karena tidak dapat mencegah kehilangan data selama server
crash. Singkatnya, RAID 5 bisa bertahan hidup hanya satu kegagalan disk pada
suatu waktu tertentu.
Data yang tersimpan di
drive ini masih dapat menjadi rusak atau hancur bahkan ketika drive utuh.
Hal ini mungkin terjadi
karena malfungsi sistem yang menghasilkan bagian dari data sedang ditimpa, file
rusak atau kesalahan pengguna, seperti penghapusan file kritis, yang mungkin
tidak diketahui selama beberapa hari atau minggu.
RAID 5 server juga
menderita masalah kegagalan berkorelasi. Jika satu disk gagal, ada kemungkinan
tinggi bahwa disk kedua juga akan gagal.
Teori di balik koreksi
kesalahan dalam RAID mengasumsikan bahwa kegagalan drive independen. Dalam
prakteknya Namun, drive sering pada usia yang sama dengan pakaian yang sama.
Ini berarti kegagalan drive ini secara statistik berhubungan dan ada
kemungkinan menjadi kegagalan kedua setelah kegagalan pertama secara signifikan
lebih tinggi.data terkorupsi, rusak RAID 5, menghapus file, partisi hilang dan
kegagalan controller RAID 5.
Terlepas dari kegagalan
disk, RAID 5 server juga dapat mengalami kegagalan dengan cara lain, seperti
data rusak, rusak RAID 5, menghapus file, partisi hilang dan kegagalan
controller RAID 5.
Jika terjadi kegagalan
pada Raid 5 sistem crash, langkah yang harus dilakukan adalah:
Langkah pertama
adalah untuk mengetahui apakah kecelakaan itu, karena satu kegagalan disk atau
kegagalan beberapa disk.
Untuk situasi yang
melibatkan satu kegagalan disk, RAID server berjalan pada modus terdegradasi.
Kritis ata harus disalin secet mungkin sebelum upaya membangun kembali
dilakukan. Setelah data kritis adalah disalin, standar proses membangun kembali
kemudian dapat dilakukan.
Dalam hal server RAID
digunakan sebagai aplikasi dan server data, mungkin tidak cukup untuk menutup
hanya data kembali konfigurasi aplikasi mungkin tidak dapat dilakukan.
· Dalam
hal kegagalan satu disk, data tetap harus utuh. Ini adalah praktek yang normal
untuk membangun kembali RAID volume terdegradasi. Namun, disarankan bahwa orang
harus kembali disk image dari semua disk kerja sebelum membangun kembali
dilakukan. Hal ini karena proses membangun kembali agak IO intensif dan ada
kemungkinan baik yang disk lain mungkin gagal selama proses tersebut. Untuk
melakukan hal ini, saya sarankan Anda dapat mengikuti panduan pemulihan darurat
untuk data RAID Server untuk backup disk gambar dari semua disk bekerja. Alat
bebas dan akan menyelamatkan hidup Anda, bahkan jika gagal membangun kembali.
· Dalam
hal kecelakaan itu adalah karena kegagalan beberapa disk, sistem crash,
lonjakan listrik, kehilangan pengaturan konfigurasi RAID, atau alasan yang
tidak diketahui lainnya, Anda mungkin perlu meminta bantuan dari pemulihan data
penyedia layanan yang berkualitas RAID.
Sebelum mengirim untuk
pemulihan, Anda mungkin ingin membuat cadangan disk image semua disk bekerja.
Jika volume RAID tidak lagi dapat diakses, jangan upaya membangun kembali
karena dapat memperburuk situasi. Untuk mencegah kerugian dalam hal terjadi
kecelakaan server, bisnis dapat mempertimbangkan risiko lindung nilai mereka
dengan rencana pemulihan data asuransi seperti 10x ServerInsure ditawarkan oleh
gesit Data Recovery Centre (ADRC).
SERVER INSURE
ServerInsure
merupakan layanan yang memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan data rencana
pemulihan mereka sehingga mereka dapat menentukan bagaimana cara terbaik untuk
melindungi sebagian besar informasi berharga mereka. ServerInsure berfungsi
seperti rencana asuransi yang fleksibel bagi perusahaan untuk melindungi server
mereka terhadap kecelakaan dalam keterbatasan anggaran mereka. Perusahaan hanya
membayar berlangganan tahunan jumlah dan mereka akan menerima cakupan ekstra
untuk pemulihan data.
Cakupan berlaku untuk
semua server tercakup dalam rencana dan kembali jaminan nilai dolar. Yang
terpenting, hal memastikan bahwa data penting dengan cepat pulih dengan
gangguan minimal dan ketidaknyamanan.
Silakan berbicara gesit
Data Recovery Centre (ADRC) konsultan untuk rentang harga estimasi berdasarkan
konfigurasi RAID dan keadaan dan proses pemulihan.
Cara
menangani tingkat kegagalan array
RAID
5 adalah RAID populer (Redundant Array of Independent Disk) tingkat, yang
didistribusikan menggunakan striping blok paritas, dan tingkat. Tingkat RAID
upaya untuk menghapus hambatan drive paritas khusus. Menggunakan algoritma
paritas didistribusikan, RAID 5 menulis data paritas di semua drive. Umumnya
blok digunakan untuk membuat blok paritas yang kemudian disimpan di array. Ini
akan menghapus bottleneck dari menulis hanya satu drive paritas. Meskipun
pengupasan tinggi, array RAID 5 juga mungkin gagal dan Anda mungkin akan
menemukan situasi hilangnya data penting. Pada titik ini, Anda diminta untuk
pergi untuk Layanan Data Recovery untuk mendapatkan misi Anda kritis dan
berharga data kembali.
Dalam
RAID 5, paritas disk berputar berdasarkan algoritma rotasi paritas untuk RAID
spesifik bahwa perangkat lunak atau kartu. Salah satu kesulitan dapat
diharapkan dalam beberapa situasi dan itu adalah kehadiran seorang offset.
Offset adalah sejumlah sektor disk sebelum blokir dilucuti pertama. Keberadaan
sebuah Offset akrab di kartu Adaptec. Offset mudah dapat ditemukan dengan
mencari tabel partisi. RAID 5 array mungkin gagal dan kehilangan data dapat
terjadi karena salah satu alasan berikut:
Controller
RAID kerusakan
-Lonjakan Power
-Format disk atau
disengaja penghapusan
-Infeksi virus
-Volume isu
rekonstruksi atau membangun kembali RAID kesalahan
-Hilang atau hilang
partisi RAID
-Beberapa disk RAID
kegagalan dalam modus off-seperti, menyebabkan:
-Hilangnya volume disk
-Hilang dan pengaturan
konfigurasi sistem registry
-Salah penggantian
elemen milik disk RAID volume kerja
-Paritas RAID Hilang
Ketika salah satu
situasi di atas terjadi, RAID 5 array mungkin gagal dan semua data penting misi
anda menjadi tidak dapat diakses. Dalam situasi seperti itu, akan menjadi
sangat penting untuk memilah-milah masalah dan melakukan Data Recovery NJ untuk
mendapatkan akses data anda yang berharga.
Pemulihan dalam situasi
seperti ini dimungkinkan dengan bantuan Data Recovery Service. Ini merupakan
bantuan pribadi dan canggih, yang ditawarkan oleh profesional pemulihan bisnis
anda untuk mengambil data penting dari drive RAID rusak. Pemulihan dilakukan
dalam lingkungan yang bersih dan dikendalikan dari ruangan bersih oleh para profesional
yang terampil menggunakan alat canggih dan teknik. Anda tidak harus berusaha
Recovery Data New Jersey pada anda sendiri karena akan menyebabkan kerusakan
permanen lebih lanjut dan kehilangan data.
referensi :
http://chandramaulana013.blogspot.com/2013/04/karakteristik-dan-cara-kerja-raid-0-6.html
http://id.wikipedia.org/wiki/RAID
referensi :
http://chandramaulana013.blogspot.com/2013/04/karakteristik-dan-cara-kerja-raid-0-6.html
http://id.wikipedia.org/wiki/RAID
Komentar
Posting Komentar
menghargai komentar yang bersifat membangun.